Pada tahun 2012, minyak dan gas menyumbang sekitar 67 % dari PDB Brunei . Investasi asing Brunei luas membentuk, kontribusi namun tidak dilaporkan berapa besar anggaran nasionalnya. Produsen dengan skala kecil dan produksi primer (termasuk pertanian, perikanan dan kehutanan) membentuk sisa perekonomian Brunei. Brunei mengimpor hampir semua produk utama yang diproduksi dan sekitar 80 % dari total kebutuhan pangannya.
Meskipun ketergantungan yang sangat tinggi pada sumber daya minyak dan gas,
sektor ini mempekerjakan hanya tiga persen dari angkatan kerja. Sektor publik
adalah majikan terbesar penduduk Brunei yang menyediakan lapangan kerja bagi lebih
dari setengah tenaga kerja.
Brunei memiliki rezim tarif rendah dan tidak ada capital
gain atau pajak penghasilan pribadi, meskipun perusahaan swasta membayar pajak
perusahaan. Pajak Perusahaan untuk perusahaan eksplorasi dan produksi minyak
dan gas adalah 55 %. Untuk semua
perusahaan lain adalah 22 %
. Regulasi
kebijakan moneter dan perbankan Brunei dikelola oleh Brunei Monetary Authority
(AMBD), dibuat pada tahun 2011, dan Brunei Dollar (BND) dipatok dengan Dolar
Singapura. Kedua mata uang adalah alat pembayaran yang sah di Brunei dan
Singapura.
Dengan
melihat besarnya pendapatan per-kapita Negara Brunei mendapat peringkat dua
tertinggi se-ASEAN setelah Negara Singapura. Dengan menjalankan sistem ekonomi
berbasis syariah, Negara Brunei mendapat kategori Negara Makmur.
Seiring berjalan waktu tentu mengatur
suatu pertumbuhan ekonomi dari suatu Negara. Brunei yang merupakan negara kecil
pengekspor minyak di Asia Tenggara, diproyeksikan bertumbuh 1,8% pada
tahun 2013, seiring dengan prospek harga minyak dunia yang mendorong surplus
perdagangan negara ini.
Demikian proyeksi Asian Developmen Bank
dalam dokumen Asian Development Outlook 2013, dala situs resminya.
Ekspor
Setelah
perusahaan asing menyelesaikan pabrik US$ 450 juta untuk memproduksi dan
mengekspor metanol pada 2010, Brunei telah menyetujui rencana proyek petrokimia
US$ 2,8 miliar, dan kilang minyak dan aromatik cracker US$2,5 miliar, keduanya
merupakan usulan dari perusahaan asing.
Proyek-proyek
tersebut saat ini tengah dalam proses desain dan fase rekayasa. Institusi
domestik akan digandeng untuk mendorong diversifikasi ekonomi.
Tahun lalu
pemerintah membentuk perusahaan induk investasi—Darussalam Aset—untuk
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan milik pemerintah dan mengambil peran
strategis dalam upaya diversifikasi.
Sementara itu,
otoritas moneter mulai mempersiapkan pendirian pembayaran nasional dan sistem
penyelesaian, sebagian untuk mengembangkan industri keuangan syariah dan
mempromosikan negara ini sebagai pusat keuangan Islam.
Harga minyak
dunia yang cerah diproyeksikan menopang peningkatan penerimaan ekspor. Ekspor
barang diproyeksikan naik tipis pada 2013-2014, sementara itu impor kemungkinan
tetap bertumbuh kuat.
Namun, surplus
neraca transaksi berjalan akan tetap besar mengingat basis ekspor relatif besar
dan pendapatan dari investasi di luar negeri negara itu.
Inflasi
diproyeksikan 1% selama periode proyeksi. Harga pangan global yang terkendali,
subsidi domestik, dan kontrol harga akan menekan inflasi yang dapat muncul dari
ekspansi permintaan domestik. Brunei juga terus menciptakan iklim usaha yang
kondusif, di antaranya melalui peningkatan
daya saing investasi
Pada
tahun 2014, ekonomi Brunei melambat dikarenakan harga minyak merosot. Penurunan harga energi di pasar
dunia menjadi biang kerok perlambatan ekonomi di sejumlah negara. Termasuk di
Brunei Darussalam yang produk domestik bruto (PDB)-nya menyusut 2,3 persen pada
2014. Penurunan itu lebih besar dibanding 2013 yang sebesar 1,8 persen.
Kementerian
Pembangunan dan Perencanaan Ekonomi (JPKE) melaporkan, penghitungan PDB
berdasarkan pengeluaran bahkan menunjukkan kemerosotan mencapai 34,6 persen.
Penghitungan menggunakan pembentukan modal tetap serta impor barang dan jasa
bruto menunjukan penurunan 19,7 persen. Namun, penghitungan PDB berdasarkan
konsumsi dalam negeri membukukan penyusutan tiga persen. JPKE melaporkan,
seperti dikutip dari Brunei Times pada Selasa, 31 Maret 2015, penurunan
sektor gas dan minyak mengakibatkan penyusutan ekonomi negeri petrodolar itu.
Sektor
itu turun hingga 3,7 persen pada 2014. Sektor minyak dan gas mencakup lebih
dari separuh PDB Kesultanan itu. Kegagalan sektor di luar minyak bumi dan
gas juga menopang penurunan nilai ekspor. Sektor non-migas menurun hingga 0,4
persen pada 2014.
Brunei
yang merupakan Negara bagian ASEAN memasuki peringkat ke dua setelah Singapura
dengan pendapatan perkapita sebesar 79.700 USD pada tahun 2016.
Berikut
data yang didapat dari tradingeconomics.com/brunei/indicators :
PDB
|
Terakhir
|
Referensi
|
Sebelum Ini
|
Rentang
|
Frekuensi
|
-3.6
%
|
2016-12
|
-3.6
|
-8.1
: 6.6
|
Kuartalan
|
|
12.9
Usd - Miliar
|
2015-12
|
17.1
|
0.11
: 19.04
|
Tahunan
|
|
32226
USD
|
2015-12
|
32860
|
32226
: 66309
|
Tahunan
|
|
73605
USD
|
2015-12
|
75052
|
73605
: 87055
|
Tahunan
|
|
4496
Bnd - Juta
|
2016-09
|
4454
|
4454
: 5078
|
Kuartalan
|
|
39.2
Bnd - Juta
|
2016-09
|
38.4
|
34.3
: 42
|
Kuartalan
|
|
148
Bnd - Juta
|
2016-09
|
111
|
78.7
: 175
|
Kuartalan
|
|
2887
Bnd - Juta
|
2016-09
|
2797
|
2012
: 3014
|
Kuartalan
|
|
494
Bnd - Juta
|
2016-09
|
484
|
471
: 641
|
Kuartalan
|
|
1655
Bnd - Juta
|
2016-09
|
1703
|
1655
: 1830
|
Kuartalan
|
|
1536
Bnd - Juta
|
2016-09
|
1250
|
1081
: 2476
|
Kuartalan
|
NAMA
KELOMPOK:
1. ANA NADILAH FATIAH ROBY (20216723)
2. DHIYO ATHOBARANI Dj (21216950)
3. NADYA PUTRI TANJUNG (25216283)
Source :