PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN KURUN WAKTU 5 TAHUN (2012-2016)

by 17.48 0 komentar



Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2012

Kinerja perekonomian Banten pada triwulan IV 2012 sedikit melambat pada level 5,87% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya dapat bertumbuh 5,93% (yoy) . Kondisi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian terindikasi berdampak pada perlambatan kinerja perekonomian Banten melalui perlambatan ekspor di sektor utama seperti sektor industri pengolahan. Di sisi lain, konsumsi yang menguat menjadi salah satu penopang masih terjaganya pertumbuhan Banten triwulan ini.


Di sisi lain, tren inflasi Banten terus membaik menuju akhir tahun 2012 dan berada pada level 4,37% (yoy) pada akhir triwulan IV 2012 yang berada dalam koridor sasaran inflasi nasional tahun 2012. Seluruh kota perhitungan inflasi di Banten yaitu Kota Cilegon, Serang dan Tangerang berada pada koridor sasaran inflasi nasional tahun 2012 di bawah level 4,5% (yoy). Tingkat inflasi tertinggi terjadi di Kota Tangerang sebesar 4,44% (yoy) dan yang terendah terjadi di Kota Cilegon sebesar 3,91% (yoy). Melemahnya tekanan kelompok volatile foods pada triwulan laporan mendorong penurunan tekanan inflasi Banten dan ketiga kota perhitungan inflasi.



Ekspansi perbankan Banten pada triwulan IV 2012 tetap tinggi meskipun sedikit melambat, di sisi lain kualitas kredit tetap terjaga. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 75,93% pada triwulan III 2012 menjadi sebesar 72,69% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank umum dapat terjaga di level yang rendah (1,64%). Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR hingga akhir triwulan IV 2012 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal KUR yang disalurkan posisi Desember 2012 mencapai Rp 2,03 triliun dengan level pertumbuhan melambat menjadi 48,45% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 49,58% (yoy). Berdasarkan nominalnya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan IV 2012. Kondisi tersebut terindikasi dari menurunnya pertumbuhan nominal pembayaran yang dilakukan melalui kliring dari 22,63% (yoy) menjadi 11,41% (yoy). 
Persentase realisasi belanja daerah pada akhir triwulan IV 2012 secara keseluruhan memang relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun realisasi belanja pegawai serta belanja barang dan jasa pemerintah Provinsi Banten yang tinggi diperkirakan menjadi faktor pendorong meningkatnya kinerja konsumsi pemerintah triwulan laporan. Belanja daerah Provinsi Banten secara keseluruhan pada triwulan IV 2012 hampir mencapai pagunya dengan realisasi sekitar 93,78% atau dengan nominal Rp 5,41 triliun. Pencapaian ini memang relatif rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat terealisasi sekitar 96,38% terhadap pagunya. Namun, secara umum realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa relatif lebih tinggi dan diperkirakan menjadi salah satu factor pendorong peningkatan konsumsi pemerintah pada triwulan ini.

Pada aspek kesejahteraan, meskipun pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten sedikit melambat, namun diperkirakan belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari upah/pendapatan masyarakat dan inflasi pedesaan yang masih cukup stabil serta jumlah penduduk miskin yang cenderung berkurang. Pada aspek ketenagakerjaan, meskipun ketersediaan lapangan pekerjaan cenderung menurun, namuntingkat partisipasi angkatan kerja masih cukup baik dengan sebaran yang merata pada masingmasing lapangan pekerjaan.

Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2013

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten triwulan IV-2013 tercatat sebesar 5,84% (yoy), secara agregat selama tahun 2013 pertumbuhan ekonomi menjadi 5,86% (yoy). Meningkatnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta realisasi investasi yang lebih tinggi mendorong tingkat pertumbuhan dari sisi permintaan. Sementara itu dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten dengan kecepatan yang lebih tinggi pada triwulan laporan didorong oleh sektor pertanian, sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa. Namun secara agregat selama tahun 2013 pertumbuhan ekonomi menjadi 5,86% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten di tahun 2012. Dari sisi permintaan, terlihat bahwa terjadi perlambatan di investasi. Dari sisi penawaran, perlambatan terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor listrik, gas, dan air.


 
Realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten pada tahun 2013 mencapai 99% sementara belanja daerah berhasil terserap sebesar 83% dari APBD-P. Pencapaian pendapatan daerah didorong oleh realisasi Pajak Asli Daerah (PAD). Penyerapan belanja langsung tahun ini baru mencapai 70%, masih lebih tinggi dari tingkat penyerapan di tahun 2012. Penerapan system pencairan anggaran yang baru tidak menghalangi pemerintah daerah dalam perealisasian program yang telah dicanangkan. Hal ini mengindikasikan membaiknya kinerja pemerintah daerah dalam merealisasikan program-program yang telah direncanakan.

 Inflasi Provinsi Banten pada triwulan IV 2013 tercatat sebesar 9,65% (yoy) lebih rendah dibandingkan di triwulan III 2013. Harga komponen volatile foods seperti bawang merah, cabai merah, tempe dan daging ayam ras yang telah kembali turun sehingga dapat menahan laju inflasi pada triwulan IV 2013. Di sisi lain, Indeks Harga Konsumsi (IHK) untuk komponen Bahan Bakar Minyak (BBM), angkutan dalam kota dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) masih memberikan andil inflasi yang sangat signifikan hingga triwulan IV 2013. Begitu pula untuk harga komoditas inti berupa bahan bangunan, makanan minuman jadi dan perlengkapan elektronik yang merembet naik walaupun tidak terjadi pada harga emas perhiasan yang stabil turun.



Transaksi keuangan non tunai melalui kliring mengalami penurunan dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Transaksi melalui RTGS mengalami perkembangan yang variatif, yaitu transaksi dari wilayah Banten keluar wilayah Banten mengalami pertumbuhan, sementara transaksi ke dalam wilayah Banten dan antar nasabah di wilayah Banten justru mengalami penurunan.
Kinerja bank umum di wilayah Banten triwulan IV-2013 secara umum dalam kondisi yang baik sebagaimana tercermin dari indikator utama seperti aset, penyaluran kredit, dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang mengalami pertumbuhan positif. Meningkatnya kredit modal kerja mendorong tingkat pertumbuhan kredit kepada sektor korporasi. Sementara itu pertumbuhan kredit kepada sektor rumah tangga terutama didorong oleh meningkatnya kredit perumahan. Konsentrasi penyaluran kredit korporasi sampai dengan triwulan laporan tercatat masih kepada tiga sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industry pengolahan dan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Sementara itu, risiko perbankan di Provinsi Banten menunjukkan indikator yang cukup baik yang tercermin dari rasio NPL yang menunjukkan penurunan.

Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2014

Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB nominal) di triwulan IV-2014 mencapai Rp.114,7 triliun. Sementara PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB rill) Provisi Banten pada triwulan IV-2014 sebesar Rp.90,15 triliun, tumbuh 8% (yoy) drari triwulan IV-2013. Dari sisi permintaan, pertumbuhan output rill Provinsi Banten pada triwulan laporan ditopang oleh sektor net ekspor dan pentuan modal tetap bruto. Berdasarkan pendekatan produksi, naiknya output Provinsi Banten pada triwulan ini, terutama disokong oleh kinerja sektor industry pengolahan.
Namun, secara kumulatif kinerja industry pengolahan selama tahun 2014 mendorong perlambatan ekonomi Banten pada tahun 2014 menjadi 5,47%(yoy), lebih rendah dari tahun 2013 yang mencapai 7,13% (yoy). Kinerja sektor ini tumbuh 0,23% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0.09%, jauh lebih rendah dari tahun 2013 yang mencapai 8,98% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,44%. Sementara itu, pertumbuhan nasional tumbuh sebesar 5,02% (yoy), melambat dari tahun sebelumnya yaitu 5,58%(yoy) dan juga lebih rendah dari Provinsi Banten.

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Banten pada triwulan IV-2014  mengalami deficit Rp 1,2 triliun meski secara keseluruhan di tahun 2014 mengalami surplus Rp 873 miliar. Pada triwulan IV 2014 realisasi pendapatan daerah sebesar Rp 2 triliun, sedangkan total belanja daerah sebesar Rp 3,3 triliun. Persentase penyerapan pendapatan pada triwulan IV 2014 mencapai 30% didorong oleh tingkat realisasi PAD dan dana perimbangan. Sementara itu, tingkat realisasi belanja daerah pada triwulan ini mencapai 42% . Realisasi belanja langsung relatif tinggi mencapai 40% dari total anggaran.



Inflansi Provinsi Banten pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 10,20% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebeaar 9,65%(yoy). Pada triwulan ini, komponen yang memberikan andil inflansi tertinggi adalah komponen administered price. Berbagai kebijakan pemerintah terkait penetapan harga beberapa komoditas admonitered price seperti kenaikan bertahap tari tenaga listrik (TTL), kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersupsidi dan bahan bakar rumah tangga LPG 12 kg sejak pertengahan tahun memberikan andil teradap tingginya inflasi di triwulan IV 2014. Selain itu, pergeseranusim panen beberapa komoditaa volatile food seperri cabai merah, cabai rawit, dan beras menyebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan. Sesangkan komoditas inti, mengalami inflasi seiring dengan tingginya permintaan dan kebijakan penetapan tarif bawah angkutan udara.


Sejalan dengan usah Bank Indonesia dalam menjaga Stabilitas Sistem keuangan, perkembangann kinerja perbankan di wilayah Provinsi Banten pada triwulan IV 2014 secara umum dalam kondisi yang baik dan sedikit mengali peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat resiko pun mengalami penerunan dibandingkan triwulann sebelumnya.
Aset bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 14,80%(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,87%(yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan juga mengalami peningkatan sebesar 16,68%(yoy) lebih tinggi dari pada sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,10%(yoy). Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mengalami perlambatan sebesar 15,28%(yoy),lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 16,19%(yoy).
Intermediasi perbankan mengalami peningkatan pada triwulan ini dengan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) mencapai 73.32%, naik dari 72.67% pada triwulan sebelumnya. Peningkatan ini ditopang dengan meningkatnya LDR perbankan konvensional dari 70,72% menjadi 71,77% meskipun FDR (Fiancing to Deposit Ratio) perbankan syariah mengalami penurunan dari 115,14% menjadi 106,37%. Non Perfoming Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah pada triwulan ini mengalami penurunan menjadi 1.85% dari 2,02% pada triwulan sebelumnya.
Nilak transaksi melalui RTGS pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan sebesar 1.03% (yoy) yaitu mencapai Rp 62,9 trilun, namun secara volume transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar 9.66% (yoy).
Kesejahteraan masyarakat di Provinsi Banten pad triwulan IV 2014 menunjukan adanya peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal menunjukan dengan turunya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), peningkatan pendapatan dan berkurangnya jumlah penduduk miskin. Disisi lain, tingginya jumlah angkatan kerja di Banten belum diimbangi dengan peningkatan kualitas pekerja sebagaimana tercemin dari latar bellakang pendidikan mayoritas adalah lulusan Sekolah Mengah Pertama.

Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2015

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten triwulan IV 2015 sebesar 4.87%(yoy) mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya triwulan III 2015 yang tercatat 5.90% (yoy). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh melemahnya permintaan glibal terhadap produk induatri di Provinsi Banten. Sementara permintaan domestik mengalami peningkatan seiring dengaan naiknya konsumsi swasta dan berjalannya proyek infrastruktur pemerintah yang serentak dilakukan di sejumlah daerah.


Inflansi Banten pada triwulan IV 2015 sebesar 4,29%(yoy), lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi triwulan III 2015 yaitu 8,14%(yoy) yang terutama disebabkan oleh turunnya harga kelompok Volatile Food selama bulan oktober hingga november 2015. Selain itu inflasi juga diredam oleh penurunan bensin pada kelompok Administered Prices. Meskipun demikian,inflasi dari kelompok inflasi inti masih meningkat dengan kenaikan biaya tempat tinggal, tarif rumah sakit, dan makanan jadi.

Seiring dengan melambatnya perekonomian Banten, kinerja perbankan di Provinsi Bante pada triwulan IV 2015 secara umum juga menunjukan perlambatan yang terlihat dari indikator utama yaitu aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan penyalur kredit. Nilai aset perbankan tercatat sebesar Rp151,37 triliun, tumbuh sebesar 7,71% lebih rendah dari 8,34%. Total DPK yang dihimpun mencapai Rp129,63 triliun, tumbuh sebesar 6,60%, melambat dari 8,51% pada triwulan sebelumnya. Penyalur kredit juga mengalami perlambatan dari 15,97% menjadi 12,52% dengan nominal mencapai Rp 234,26 triliun.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daetah (APBD) Pemerintah Provinsi Banten secara bertahap mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan IV 2015 yanng mencapai 95% dari target pendapatan, meningkat signifikan dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 58%. Demikian juga dengan realisasi pwnyerapan belanja daerah yang mencapai 87% dari target belanja, meningkat signifikan dibandingkan triwulan III 2015 sebeaar 39%. Rralisasi belanja tahun 2015 bahkan lebih tinggi dari realisasi tahun 2014 sebesar 79%.


Indikator ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada tahun 2015 menunjukan adanya penurunan sebagaimana tercermin dati jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran terbuka yang mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014.

Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2016

Perekonomian Banten triwulan III 2016 kembali terakselerasi tumbuh 5,35%, lebih tinggi dibandingkana triwulan II 2016 yang tercatat 5,81%. Secara umum investasi dan ekspor menjadi penompang menguatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten pada triwulan berjalan.
Meskipun demikian, secara keseluruhan tahun 2016, pertumbuhan ekonomi provinsi Banten diperkirakan tumbuh lebig rendah dibandingkan tahun 2015 yang tercatat 5.37%. Hal tersebut merupakan dampak dari lemahnya pertumbuhan ekonomi Banten sebagai dampak dari perlambatan global yang menyebabkan perminyaan ekspor luar negri mengalami peenurunan.


Pada awal triwulan III 2016, Realisasi anggaran pemerinrah provinsi Banten secara umum meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2015. 



Disisi perkembangan harga,secara umum inflasi di provinsi Banten pada triwulan III 2016 mencapai 3.01%. Ini disebabkan oleh deflasi kelompok bahan makanan seperti telur ayam ras dan sayur-sayuran seiring menurunnya permintaan masyarakat. 




Stabilitas keuangan di provinsi banten menunjukan perbaikan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2016. Ketahaan korporasi di provinsi banten menunjukan kinerja positif setelah tekontradiksi selama dua tahun terakhir. 



Secara umum perkembangan sistem pembayaran non tunai di provinsi banten masih belum membaik pada triwulan III 2016.

 
NAMA KELOMPOK:

1.      ANA NADILAH FATIAH ROBY (20216723)

2.      DHIYO ATHOBARANI Dj (21216950)

3.      NADYA PUTRI TANJUNG (25216283)



SUMBER:







Nadya Putri Tanjung

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar