Kinerja perekonomian Banten pada
triwulan IV 2012 sedikit melambat pada level 5,87% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya dapat bertumbuh 5,93% (yoy) . Kondisi perekonomian dunia yang masih
diliputi ketidakpastian terindikasi berdampak pada perlambatan kinerja
perekonomian Banten melalui perlambatan ekspor di sektor utama seperti sektor
industri pengolahan. Di sisi lain, konsumsi yang menguat menjadi salah satu
penopang masih terjaganya pertumbuhan Banten triwulan ini.
Di
sisi lain, tren inflasi Banten terus membaik menuju akhir tahun 2012 dan berada
pada level 4,37% (yoy) pada akhir triwulan IV 2012 yang berada dalam koridor
sasaran inflasi nasional tahun 2012. Seluruh kota perhitungan inflasi di Banten
yaitu Kota Cilegon, Serang dan Tangerang berada pada koridor sasaran inflasi
nasional tahun 2012 di bawah level 4,5% (yoy). Tingkat inflasi tertinggi
terjadi di Kota Tangerang sebesar 4,44% (yoy) dan yang terendah terjadi di Kota
Cilegon sebesar 3,91% (yoy). Melemahnya tekanan kelompok volatile foods pada
triwulan laporan mendorong penurunan tekanan inflasi Banten dan ketiga kota
perhitungan inflasi.
Ekspansi perbankan Banten pada
triwulan IV 2012 tetap tinggi meskipun sedikit melambat, di sisi lain kualitas
kredit tetap terjaga. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio pinjaman
terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 75,93%
pada triwulan III 2012 menjadi sebesar 72,69% pada triwulan laporan. Sementara
itu, risiko kredit bank umum dapat terjaga di level yang rendah (1,64%).
Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi.
Penyaluran KUR hingga akhir triwulan IV 2012 masih menunjukkan perkembangan
yang signifikan. Nominal KUR yang disalurkan posisi Desember 2012 mencapai Rp
2,03 triliun dengan level pertumbuhan melambat menjadi 48,45% (yoy) dari
periode sebelumnya sebesar 49,58% (yoy). Berdasarkan nominalnya, transaksi non
tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit penurunan
kinerja pada triwulan IV 2012. Kondisi tersebut terindikasi dari menurunnya
pertumbuhan nominal pembayaran yang dilakukan melalui kliring dari 22,63% (yoy)
menjadi 11,41% (yoy).
Persentase realisasi
belanja daerah pada akhir triwulan IV 2012 secara keseluruhan memang relatif
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun realisasi
belanja pegawai serta belanja barang dan jasa pemerintah Provinsi Banten yang
tinggi diperkirakan menjadi faktor pendorong meningkatnya kinerja konsumsi
pemerintah triwulan laporan. Belanja daerah Provinsi Banten secara keseluruhan
pada triwulan IV 2012 hampir mencapai pagunya dengan realisasi sekitar 93,78%
atau dengan nominal Rp 5,41 triliun. Pencapaian ini memang relatif rendah jika
dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat terealisasi sekitar 96,38% terhadap
pagunya. Namun, secara umum realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan
jasa relatif lebih tinggi dan diperkirakan menjadi salah satu factor pendorong
peningkatan konsumsi pemerintah pada triwulan ini.
Pada aspek kesejahteraan,
meskipun pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten sedikit melambat, namun
diperkirakan belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal
ini dapat dilihat dari upah/pendapatan masyarakat dan inflasi pedesaan yang
masih cukup stabil serta jumlah penduduk miskin yang cenderung berkurang. Pada
aspek ketenagakerjaan, meskipun ketersediaan lapangan pekerjaan cenderung
menurun, namuntingkat partisipasi angkatan kerja masih cukup baik dengan sebaran
yang merata pada masingmasing lapangan pekerjaan.
Pertumbuhan
Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2013
Pertumbuhan ekonomi Provinsi
Banten triwulan IV-2013 tercatat sebesar 5,84% (yoy), secara agregat selama
tahun 2013 pertumbuhan ekonomi menjadi 5,86% (yoy). Meningkatnya konsumsi rumah
tangga dan pemerintah serta realisasi investasi yang lebih tinggi mendorong
tingkat pertumbuhan dari sisi permintaan. Sementara itu dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi Provinsi Banten dengan kecepatan yang lebih tinggi pada triwulan laporan
didorong oleh sektor pertanian, sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa. Namun
secara agregat selama tahun 2013 pertumbuhan ekonomi menjadi 5,86% (yoy), lebih
rendah dari pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten di tahun 2012. Dari sisi permintaan,
terlihat bahwa terjadi perlambatan di investasi. Dari sisi penawaran,
perlambatan terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, serta sektor listrik, gas, dan air.
Realisasi pendapatan daerah
Provinsi Banten pada tahun 2013 mencapai 99% sementara belanja daerah berhasil
terserap sebesar 83% dari APBD-P. Pencapaian pendapatan daerah didorong oleh
realisasi Pajak Asli Daerah (PAD). Penyerapan belanja langsung tahun ini baru mencapai
70%, masih lebih tinggi dari tingkat penyerapan di tahun 2012. Penerapan system
pencairan anggaran yang baru tidak menghalangi pemerintah daerah dalam
perealisasian program yang telah dicanangkan. Hal ini mengindikasikan
membaiknya kinerja pemerintah daerah dalam merealisasikan program-program yang
telah direncanakan.
Inflasi Provinsi Banten pada triwulan IV 2013
tercatat sebesar 9,65% (yoy) lebih rendah dibandingkan di triwulan III 2013.
Harga komponen volatile foods seperti bawang merah, cabai merah, tempe dan
daging ayam ras yang telah kembali turun sehingga dapat menahan laju inflasi
pada triwulan IV 2013. Di sisi lain, Indeks Harga Konsumsi (IHK) untuk komponen
Bahan Bakar Minyak (BBM), angkutan dalam kota dan Tarif Tenaga Listrik (TTL)
masih memberikan andil inflasi yang sangat signifikan hingga triwulan IV 2013.
Begitu pula untuk harga komoditas inti berupa bahan bangunan, makanan minuman
jadi dan perlengkapan elektronik yang merembet naik walaupun tidak terjadi pada
harga emas perhiasan yang stabil turun.
Transaksi keuangan non tunai
melalui kliring mengalami penurunan dibanding dengan periode yang sama tahun
lalu. Transaksi melalui RTGS mengalami perkembangan yang variatif, yaitu
transaksi dari wilayah Banten keluar wilayah Banten mengalami pertumbuhan, sementara
transaksi ke dalam wilayah Banten dan antar nasabah di wilayah Banten justru mengalami
penurunan.
Kinerja bank umum di wilayah
Banten triwulan IV-2013 secara umum dalam kondisi yang baik sebagaimana
tercermin dari indikator utama seperti aset, penyaluran kredit, dan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang mengalami pertumbuhan positif. Meningkatnya
kredit modal kerja mendorong tingkat pertumbuhan kredit kepada sektor
korporasi. Sementara itu pertumbuhan kredit kepada sektor rumah tangga terutama
didorong oleh meningkatnya kredit perumahan. Konsentrasi penyaluran kredit
korporasi sampai dengan triwulan laporan tercatat masih kepada tiga sektor
yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industry pengolahan dan
sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Sementara itu, risiko
perbankan di Provinsi Banten menunjukkan indikator yang cukup baik yang
tercermin dari rasio NPL yang menunjukkan penurunan.
Pertumbuhan
Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2014
Produk Dometik Regional Bruto
(PDRB) Provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB nominal) di triwulan
IV-2014 mencapai Rp.114,7 triliun. Sementara PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(PDRB rill) Provisi Banten pada triwulan IV-2014 sebesar Rp.90,15 triliun,
tumbuh 8% (yoy) drari triwulan IV-2013. Dari sisi permintaan, pertumbuhan
output rill Provinsi Banten pada triwulan laporan ditopang oleh sektor net
ekspor dan pentuan modal tetap bruto. Berdasarkan pendekatan produksi, naiknya
output Provinsi Banten pada triwulan ini, terutama disokong oleh kinerja sektor
industry pengolahan.
Namun, secara kumulatif kinerja
industry pengolahan selama tahun 2014 mendorong perlambatan ekonomi Banten pada
tahun 2014 menjadi 5,47%(yoy), lebih rendah dari tahun 2013 yang mencapai 7,13%
(yoy). Kinerja sektor ini tumbuh 0,23% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0.09%,
jauh lebih rendah dari tahun 2013 yang mencapai 8,98% (yoy) dengan kontribusi
sebesar 3,44%. Sementara itu, pertumbuhan nasional tumbuh sebesar 5,02% (yoy),
melambat dari tahun sebelumnya yaitu 5,58%(yoy) dan juga lebih rendah dari
Provinsi Banten.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Banten pada triwulan IV-2014 mengalami deficit Rp 1,2 triliun meski secara
keseluruhan di tahun 2014 mengalami surplus Rp 873 miliar. Pada triwulan IV 2014
realisasi pendapatan daerah sebesar Rp 2 triliun, sedangkan total belanja
daerah sebesar Rp 3,3 triliun. Persentase penyerapan pendapatan pada triwulan
IV 2014 mencapai 30% didorong oleh tingkat realisasi PAD dan dana perimbangan.
Sementara itu, tingkat realisasi belanja daerah pada triwulan ini mencapai 42% .
Realisasi belanja langsung relatif tinggi mencapai 40% dari total anggaran.
Inflansi Provinsi Banten pada
triwulan IV 2014 tercatat sebesar 10,20% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebeaar 9,65%(yoy). Pada triwulan ini,
komponen yang memberikan andil inflansi tertinggi adalah komponen administered
price. Berbagai kebijakan pemerintah terkait penetapan harga beberapa komoditas
admonitered price seperti kenaikan bertahap tari tenaga listrik (TTL), kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) bersupsidi dan bahan bakar rumah tangga LPG 12
kg sejak pertengahan tahun memberikan andil teradap tingginya inflasi di
triwulan IV 2014. Selain itu, pergeseranusim panen beberapa komoditaa volatile
food seperri cabai merah, cabai rawit, dan beras menyebabkan terjadinya inflasi
pada kelompok bahan makanan. Sesangkan komoditas inti, mengalami inflasi
seiring dengan tingginya permintaan dan kebijakan penetapan tarif bawah
angkutan udara.
Sejalan dengan usah Bank Indonesia dalam menjaga Stabilitas Sistem keuangan, perkembangann kinerja perbankan di wilayah Provinsi Banten pada triwulan IV 2014 secara umum dalam kondisi yang baik dan sedikit mengali peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat resiko pun mengalami penerunan dibandingkan triwulann sebelumnya.
Aset bank umum tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 14,80%(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 12,87%(yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan juga
mengalami peningkatan sebesar 16,68%(yoy) lebih tinggi dari pada sebelumnya
yang tumbuh sebesar 16,10%(yoy). Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga
(DPK) mengalami perlambatan sebesar 15,28%(yoy),lebih rendah dari triwulan
sebelumnya sebesar 16,19%(yoy).
Intermediasi perbankan mengalami
peningkatan pada triwulan ini dengan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) mencapai
73.32%, naik dari 72.67% pada triwulan sebelumnya. Peningkatan ini ditopang
dengan meningkatnya LDR perbankan konvensional dari 70,72% menjadi 71,77%
meskipun FDR (Fiancing to Deposit Ratio) perbankan syariah mengalami penurunan
dari 115,14% menjadi 106,37%. Non Perfoming Loan (NPL) atau rasio kredit
bermasalah pada triwulan ini mengalami penurunan menjadi 1.85% dari 2,02% pada
triwulan sebelumnya.
Nilak
transaksi melalui RTGS pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan sebesar
1.03% (yoy) yaitu mencapai Rp 62,9 trilun, namun secara volume transaksi RTGS
mengalami penurunan sebesar 9.66% (yoy).
Kesejahteraan masyarakat di
Provinsi Banten pad triwulan IV 2014 menunjukan adanya peningkatan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Hal menunjukan dengan turunya Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT), peningkatan pendapatan dan berkurangnya jumlah penduduk miskin.
Disisi lain, tingginya jumlah angkatan kerja di Banten belum diimbangi dengan
peningkatan kualitas pekerja sebagaimana tercemin dari latar bellakang
pendidikan mayoritas adalah lulusan Sekolah Mengah Pertama.
Pertumbuhan
Perekonomian Provinsi Banten Tahun
2015
Pertumbuhan ekonomi Provinsi
Banten triwulan IV 2015 sebesar 4.87%(yoy) mengalami perlambatan dibandingkan
periode sebelumnya triwulan III 2015 yang tercatat 5.90% (yoy). Perlambatan ini
terutama disebabkan oleh melemahnya permintaan glibal terhadap produk induatri
di Provinsi Banten. Sementara permintaan domestik mengalami peningkatan seiring
dengaan naiknya konsumsi swasta dan berjalannya proyek infrastruktur pemerintah
yang serentak dilakukan di sejumlah daerah.
Inflansi Banten pada triwulan IV 2015 sebesar 4,29%(yoy), lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi triwulan III 2015 yaitu 8,14%(yoy) yang terutama disebabkan oleh turunnya harga kelompok Volatile Food selama bulan oktober hingga november 2015. Selain itu inflasi juga diredam oleh penurunan bensin pada kelompok Administered Prices. Meskipun demikian,inflasi dari kelompok inflasi inti masih meningkat dengan kenaikan biaya tempat tinggal, tarif rumah sakit, dan makanan jadi.
Seiring dengan melambatnya
perekonomian Banten, kinerja perbankan di Provinsi Bante pada triwulan IV 2015
secara umum juga menunjukan perlambatan yang terlihat dari indikator utama
yaitu aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan penyalur kredit. Nilai aset perbankan
tercatat sebesar Rp151,37 triliun, tumbuh sebesar 7,71% lebih rendah dari
8,34%. Total DPK yang dihimpun mencapai Rp129,63 triliun, tumbuh sebesar 6,60%,
melambat dari 8,51% pada triwulan sebelumnya. Penyalur kredit juga mengalami
perlambatan dari 15,97% menjadi 12,52% dengan nominal mencapai Rp 234,26
triliun.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daetah (APBD) Pemerintah Provinsi Banten secara bertahap mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari realisasi pendapatan daerah sampai dengan
triwulan IV 2015 yanng mencapai 95% dari target pendapatan, meningkat signifikan
dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 58%. Demikian juga dengan realisasi
pwnyerapan belanja daerah yang mencapai 87% dari target belanja, meningkat
signifikan dibandingkan triwulan III 2015 sebeaar 39%. Rralisasi belanja tahun
2015 bahkan lebih tinggi dari realisasi tahun 2014 sebesar 79%.
Indikator ketenagakerjaan di
Provinsi Banten pada tahun 2015 menunjukan adanya penurunan sebagaimana
tercermin dati jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran terbuka yang
mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014.
Pertumbuhan
Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2016
Perekonomian Banten triwulan III
2016 kembali terakselerasi tumbuh 5,35%, lebih tinggi dibandingkana triwulan II
2016 yang tercatat 5,81%. Secara umum investasi dan ekspor menjadi penompang
menguatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten pada triwulan berjalan.
Meskipun demikian, secara
keseluruhan tahun 2016, pertumbuhan ekonomi provinsi Banten diperkirakan tumbuh
lebig rendah dibandingkan tahun 2015 yang tercatat 5.37%. Hal tersebut
merupakan dampak dari lemahnya pertumbuhan ekonomi Banten sebagai dampak dari
perlambatan global yang menyebabkan perminyaan ekspor luar negri mengalami
peenurunan.
Pada awal triwulan III 2016, Realisasi anggaran pemerinrah provinsi Banten secara umum meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2015.
Disisi perkembangan harga,secara
umum inflasi di provinsi Banten pada triwulan III 2016 mencapai 3.01%. Ini
disebabkan oleh deflasi kelompok bahan makanan seperti telur ayam ras dan
sayur-sayuran seiring menurunnya permintaan masyarakat.
Stabilitas keuangan di provinsi
banten menunjukan perbaikan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di
triwulan III 2016. Ketahaan korporasi di provinsi banten menunjukan kinerja
positif setelah tekontradiksi selama dua tahun terakhir.
Secara umum perkembangan sistem
pembayaran non tunai di provinsi banten masih belum membaik pada triwulan III
2016.
NAMA KELOMPOK:
1.
ANA
NADILAH FATIAH ROBY (20216723)
2.
DHIYO
ATHOBARANI Dj (21216950)
3.
NADYA
PUTRI TANJUNG (25216283)
SUMBER:
0 komentar:
Posting Komentar